Antara Teman dan Musuh

Aku bukanlah orang yang memiliki banyak teman namun sedikitnya teman justru bisa membuatku meluangkan lebih banyak waktu yang berkualitas dengan teman-temanku. Aku juga bukan tipe orang yang suka mencari-cari masalah apalagi kalo sampai punya musuh. Kebanyakan temanku selalu memiliki pola pikir yang tidak sejalan denganku, wajar sih karena tiap orang orang memiliki karakter dan pemikiran yang berbeda-beda, namun dulu aku sangat sering mengkotak-kotakkan beberapa individu yang menurutku pantas kujadikan teman dan yang kurang pantas
kuladeni sebagai teman. Dulu, melakukan hal yang seenaknya pada orang lain yang kusebut sebagai teman sangat sering kulakukan, dulu aku pikir mencampakkan seorang teman bukanlah hal aneh, dulu membantu teman dikala mereka sedang susah juga bukanlah hal asing, merasa kecewa atau terus menggerutu ketika ditinggalkan teman dikala aku sendiri yang sedang susah juga sering aku lakukan. Dulu, aku dapat mengingat dengan baik apa saja perbuatan baik, bantuan positif, maupun semua jasa yang telah aku lakukan pada teman tanpa pernah sedikitpun memikirkan jasa mereka terhadapku. Jadilah pribadi yang egois yang membuatku tidak pernah takut untuk kehilangan teman apalagi menjadikan seseorang sebagai musuh.
Sekarang? Apa yang kulakukan dulu hanya meninggalkan cerita lucu dan penyesalan. Menjadi cerita lucukarena ketika aku mengingatnya maka semuanya mengingatkanku bahwa betapa konyolnya aku di kala itu, menjadi penyesalan karena aku sendirilah yang kemudian merasakan dampak negatifnya. Dulu, ketika aku mencampakkan seorang teman maka yang ada di pikiranku adalah “dia yang rugi, karena dia yang membutuhkanku”, namun kenyataannya sekarang adalah : ”aku yang membutuhkannya”.
Sakit rasanya ketika aku harus menemui seseorang yang dulunya telah kucaci maki seenak hati namun sekarang aku malah datang padanya dan meminta bantuannya. Yang kulakukan adalah membuang harga diri jauh-jauh ketika harus melakukan itu. Banyak hal dan konflik yang telah kulalui dalam pergaulan pertemanan, namun setelah saat ini kuresapi lagi seolah-olah semua konflik yang terjadi tidaklah penting bahkan tidak berguna sama sekali, karena kenyataannya tidak ada yang diuntungkan dari hal tersebut, bahkan aku sendiri merasa itu adalah sebuah kerugian !.
Sekarang yang kulakukan adalah menarik diri dari segala bentuk komunitas, segala bentuk pergaulan. Aku mulai merasakan kenyamanan ketika aku menjalani hidup yang minim keramaian. Bukan berarti aku lantas benar-benar membatasi diri dari kehidupan luar namun membatasi diri untuk menjadi minoritaslah yang kupilih. Aku juga berusaha untuk lebih menghargai setiap individu yang kutemu dan kukenal. Ketika dulu aku hanya memkirkan apa saja hal positif yang telah kulakukan pada orang lain maka sekarang aku justru berpikir sebaliknya yaitu hanya memikirkan apa saja yang telah mereka lakukan padaku dan melupakan apa saja yang telah kulakukan terhadap mereka. Setidaknya sekarang aku merasa lebih nyaman melakukan itu.
Tidak ada lagi yang namanya “orang yang kubenci”, “orang yang tidak kusukai” apalagi “musuh”, semuanya hanyalah teman. Berusaha untuk selalu menjadi yang terbaik ketika mereka membutuhkanku dan berusaha untuk tidak mengeluh ketika tidak ada seorangpun yang ada ketika aku sedang membutuhkan pertolongan. Inilah aku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar