Belajar Menerima Agar Mendapatkan Lebih

Dari kecil, hingga duduk di bangku SMA, saya benar-benar tidak memahami makna dari kata bersyukur. Pemahaman dari kata “bersyukur” barulah saya dapatkan setelah dua tahun masa perkuliahan. Tidak ada peristiwa yang terlalu istimewa di kala itu,namun tidak ada pula peristiwa yang sia-sia di kala itu. Saya mulai dapat memahaminya karena merupakan buah dari pertumbuhan tingkat kedewasaan yang terus berkembang. Sebelum saya benar-benar mengerti makna dibalik kata “bersyukur” rasanya hampir setiap hari yang saya habiskan hanyalah terus mengeluh, memaki diri sendiri, menghujat keadaan, tidak menerima semuanya.Sekarang ketika saya mulai sedikit memahaminya, yang bisa saya lakukan hanyalah menyesali kenapa saya terlambat memahaminya dan mencoba untuk memperbaikinya.

Saya memaknai kata bersyukur hampir sama dengan “menerima” dan “berterima kasih”. “Menerima” semua yang telah saya miliki, semua yang telah saya lakukan, dan semua pencapaian yang telah berhasil saya buat. “Berterima kasih” pada Tuhan, karena masih memberi saya kesempatan untuk bisa “menerima” dan untuk segalanya.

Dulu, sebelum saya memahami konsep “menerima” maka yang saya lakukan hanyalah terus meminta dan menuntut. Selalu merasa tidak memiliki, merasa kurang, merasa tidak mampu, merasa lemah. Semua saya lakukan tanpa sedikitpun meluangkan waktu untuk melihat apa yang sudah saya miliki, kelebihan apa yang sudah saya miliki, kemampuan yang sudah saya miliki, dan kekuatan apa yang sudah saya miliki.

Ketika kita melupakan proses “menerima yang sudah ada”, maka secara tidak langsung kita juga sedang melakukan proses “melupakan yang sudah ada”. Ketika kita mengeluh dan mengatakan bahwa “kita ingin seperti itu” terkadang kita lupa bahwa “kita yang seperti inipun” sudah sangat baik, malah mungkin lebih baik. Ketika kita terus mengeluh dan mengatakan “aku ingin memiliki itu” terkadang kita lupa bahwa “apa yang telah kita miliki sekarang” sudah baik, malah mungkin lebih baik.

Manusia diciptakan dengan memiliki akal dan nafsu. Terkadang ketika akal mulai kalah dan nafsu yang mengambil alih maka yang akan kita rasakan hanyalah nafsu untuk selalu lebih, lebih, dan lebih lagi hingga tidak ada habisnya. Namun jika akal berhasil mengalahkan nafsu maka yang kita rasakan adalah bercermin diri, dan melihat bahwa betapa kita sudah memiliki semua kelebihan yang kita butuhkan. Semua kelebihan yang telah kita miliki seolah terlupakan jika kita membiarkan nafsu yang mengambil alih hidup kita, semua kelebihan yang seharusnya bisa dioptimalkan untuk menjadi lebih baikpun seolah tidak ada apa-apanya dibandingkan semua kelebihan yang tidak kita miliki.

Menerima bukan berarti pasrah, menerima yang sudah ada berarti menggunakan seoptimal mungkin apa yang sudah kita miliki untuk mempersiapkan diri agar bisa mendapatkan yang lebih baik.

Berterima kasih pada Tuhan untuk segalanya. Alangkah indahnya jika kita lebih banyak menghabiskan waktu untuk selalu berterima kasih pada Tuhan atas segala yang telah kita dapatkan dalam hidup daripada lebih banyak menghabiskan waktu untuk marah pada Tuhan karena tidak pernah mendapatkan apa yang kita inginkan, atau selalu menuntut dan meminta pada Tuhan tanpa sedikitpun pernah berterima kasih atas segala kebaikan-Nya selama kita hidup.

Menerima dan berterima kasih berarti sama saja dengan menunjukkan bahwa kita sudah siap untuk mendapatkan yang lebih dari yang sekarang. Semakin anda merasa kurang dan tidak berterima kasih maka semakin pula anda mempersiapkan diri untuk terus merasakan kekurangan dan tidak tau terima kasih.

Bersyukur bisa dimulai dari hal-hal yang sangat kecil, semakin sering anda bersyukur maka semakin anda menyadari betapa sayangnya Tuhan pada anda dan betapa indahnya hidup yang anda miliki. Jadi kenapa mulai dari sekarang kita tidak mencobanya ? Mungkin sekedar bicara itu mudah, yang susah adalah menerapkannya. Namun percayalah, bersyukur itu indah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar